Tuesday, August 10, 2010

TAZKIRAH RAMADHAN (1)

Keadaan Lapar Rasulullah SAW


Muslim dan Tarmidzi telah meriwayatkan dari An-Nu'man bin Basyir ra. dia berkata: Bukankah kamu sekarang mewah dari makan dan minum, apa saja yang kamu mau kamu mendapatkannya? Aku pernah melihat Nabi kamu Muhammad SAW hanya mendapat korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya!


Dalam riwayat Muslim pula dari An-Nu'man bin Basyir ra. katanya, bahwa pada suatu ketika Umar ra. menyebut apa yang dinikmati manusia sekarang dari dunia! Maka dia berkata, aku pernah melihat Rasulullah SAW seharian menanggung lapar, karena tidak ada makanan, kemudian tidak ada yang didapatinya pula selain dari korma yang buruk saja untuk mengisi perutnya.


Suatu riwayat yang diberitakan oleh Abu Nu'aim, Khatib, Ibnu Asakir dan Ibnun-Najjar dari Abu Hurairah ra. dia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW ketika dia sedang bersembahyang duduk, maka aku pun bertanya kepadanya: Ya Rasulullah! Mengapa aku melihatmu bersembahyang duduk, apakah engkau sakit? jawab beliau: Aku lapar, wahai Abu Hurairah! Mendengar jawaban beliau itu, aku terus menangis sedih melihatkan keadaan beliau itu. Beliau merasa kasihan melihat aku menangis, lalu berkata: Wahai Abu Hurairah! jangan menangis, karena beratnya penghisaban nanti di hari kiamat tidak akan menimpa orang yang hidupnya lapar di dunia jika dia menjaga dirinya di kehidupan dunia. (Kanzul Ummal 4:41)


Ahmad meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Sekali peristiwa keluarga Abu Bakar ra. (yakni ayahnya) mengirim (sop) kaki kambing kepada kami malam hari, lalu aku tidak makan, tetapi Nabi SAW memakannya - ataupun katanya, beliau yang tidak makan, tetapi Aisyah makan, lalu Aisyah ra. berkata kepada orang yang berbicara dengannya: Ini karena tidak punya lampu. Dalam riwayat Thabarani dengan tambahan ini: Lalu orang bertanya: Hai Ummul Mukminin! Apakah ketika itu ada lampu? Jawab Aisyah: Jika kami ada minyak ketika itu, tentu kami utamakan untuk dimakan.
(At-Targhib Wat-Tarhib 5:155; Kanzul Ummal 5:155)


Abu Ya'la memberitakan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Ada kalanya sampai berbulan-bulan berlalu, namun di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak ada satu hari pun yang berlampu, dan dapurnya pun tidak berasap. Jika ada minyak dipakainya untuk dijadikan makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:154; Majma'uz Zawatid 10:325)

Bukhari dan Muslim meriwayatkan pula dari Urwah dari Aisyah ra. dia berkata: Demi Allah, hai anak saudaraku (Urwah anak Asma, saudara perempuan Aisyah), kami senantiasa memandang kepada anak bulan, bulan demi bulan, padahal di rumah-rumah Rasulullah SAW tidak pernah berasap. Berkata Urwah: Wahai bibiku, jadi apalah makanan kamu? Jawab Aisyah: Korma dan air sajalah, melainkan jika ada tetangga-tetangga Rasulullah SAW dari kaum Anshar yang membawakan buat kami makanan. Dan memanglah kadang-kadang mereka membawakan kami susu, maka kami minum susu itu sebagai makanan. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:155)


Ibnu Jarir meriwayatkan dari Aisyah ra. katanya: sering kali kita duduk sampai empat puluh hari, sedang di rumah kami tidak pernah punya lampu atau dapur kami berasap. Maka orang yang mendengar bertanya: Jadi apa makanan kamu untuk hidup? Jawab Aisyah: Korma dan air saja, itu pun jika dapat. (Kanzul Ummal 4:38)


Tarmidzi memberitakan dari Masruq, katanya: Aku pernah datang menziarahi Aisyah ra. lalu dia minta dibawakan untukku makanan, kemudian dia mengeluh: Aku mengenangkan masa lamaku dahulu. Aku tidak pernah kenyang dan bila aku ingin menangis, aku menangis sepuas-puasnya! Tanya Masruq: Mengapa begitu, wahai Ummul Mukminin?! Aisyah menjawab: Aku teringat keadaan di mana Rasulullah SAW telah meninggalkan dunia ini! Demi Allah, tidak pernah beliau kenyang dari roti, atau daging dua kali sehari. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148)


Dalam riwayat Ibnu Jarir lagi tersebut: Tidak pernah Rasulullah SAW kenyang dari roti gandum tiga hari berturut-turut sejak beliau datang di Madinah sehingga beliau meninggal dunia. Di lain lain versi: Tidak pernah kenyang keluarga Rasulullah SAW dari roti syair dua hari berturut-turut sehingga beliau wafat. Dalam versi lain lagi: Rasulullah SAW telah meninggal dunia, dan beliau tidak pernah kenyang dari korma dan air.
(Kanzul Ummal 4:38)


Dalam riwayat lain yang dikeluarkan oleh Baihaqi telah berkata Aisyah ra.: Rasulullah SAW tidak pernah kenyang tiga hari berturut-turut, dan sebenarnya jika kita mau kita bisa kenyang, akan tetapi beliau selalu mengutamakan orang lain yang lapar dari dirinya sendiri. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)


Ibnu Abid-Dunia memberitakan dari Al-Hasan ra. secara mursal, katanya: Rasulullah SAW selalu membantu orang dengan tangannya sendiri, beliau menampal bajunya pun dengan tangannya sendiri, dan tidak pernah makan siang dan malam secara teratur selama tiga hari berturut-turut, sehingga beliau kembali ke rahmatullah. Bukhari meriwayatkan dari Anas ra. katanya: Tidak pernah Rasulullah SAW makan di atas piring, tidak pernah memakan roti yang halus hingga beliau meninggal dunia. Dalam riwayat lain: Tidak pernah melihat daging yang sedang dipanggang (maksudnya tidak pernah puas makan daging panggang). (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)


Tarmidzi memberitakan dari Ibnu Abbas ra. katanya: Rasulullah SAW sering tidur malam demi malam sedang keluarganya berbalik-balik di atas tempat tidur karena kelaparan, karena tidak makan malam. Dan makanan mereka biasanya dari roti syair yang kasar. Bukhari pula meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. katanya: Pernah Rasulullah SAW mendatangi suatu kaum yang sedang makan daging bakar, mereka mengajak beliau makan sama, tetapi beliau menolak dan tidak makan. Dan Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah SAW meninggal dunia, dan beliau belum pernah kenyang dari roti syair yang kasar keras itu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:148 dan 151)


Pernah Fathimah binti Rasulullah SAW datang kepada Nabi SAW membawa sepotong roti syair yang kasar untuk dimakannya. Maka ujar beliau kepada Fathimah ra: Inilah makanan pertama yang dimakan ayahmu sejak tiga hari yang lalu! Dalam periwayatan Thabarani ada tambahan ini, yaitu: Maka Rasulullah SAW pun bertanya kepada Fathimah: Apa itu yang engkau bawa, wahai Fathimah?! Fathimah menjawab: Aku membakar roti tadi, dan rasanya tidak termakan roti itu, sehingga aku bawakan untukmu satu potong darinya agar engkau memakannya dulu! (Majma'uz Zawa'id 10:312)


Ibnu Majah dan Baihaqi meriwayatkan pula dari Abu Hurairah ra. katanya: Sekali peristiwa ada orang yang membawa makanan panas kepada Rasulullah SAW maka beliau pun memakannya. Selesai makan, beliau mengucapkan: Alhamdulillah! Inilah makanan panas yang pertama memasuki perutku sejak beberapa hari yang lalu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:149)


Bukhari meriwayatkan dari Sahel bin Sa'ad ra. dia berkata: Tidak pernah Rasulullah SAW melihat roti yang halus dari sejak beliau dibangkitkan menjadi Utusan Allah hingga beliau meninggal dunia. Ada orang bertanya: Apakah tidak ada pada zaman Nabi SAW ayak yang dapat mengayak tepung? Jawabnya: Rasulullah SAW tidak pernah melihat ayak tepung dari sejak beliau diutus menjadi Rasul sehingga beliau wafat. Tanya orang itu lagi: Jadi, bagaimana kamu memakan roti syair yang tidak diayak terlebih dahulu? Jawabnya: Mula-mula kami menumbuk gandum itu, kemudian kami meniupnya sehingga keluar kulit-kulitnya, dan yang mana tinggal itulah yang kami campurkan dengan air, lalu kami mengulinya. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:153)


Tarmidzi memberitakan daiipada Abu Talhah ra. katanya: Sekali peristiwa kami datang mengadukan kelaparan kepada Rasulullah SAW lalu kami mengangkat kain kami, di mana padanya terikat batu demi batu pada perut kami. Maka Rasulullah SAW pun mengangkat kainnya, lalu kami lihat pada perutnya terikat dua batu demi dua batu. (At-Targhib Wat-Tarhib 5:156)


Ibnu Abid Dunia memberitakan dari Ibnu Bujair ra. dan dia ini dari para sahabat Nabi SAW Ibnu Bujair berkata: Pernah Nabi SAW merasa terlalu lapar pada suatu hari, lalu beliau mengambil batu dan diikatkannya pada perutnya. Kemudian beliau bersabda: Betapa banyak orang yang memilih makanan yang halus-halus di dunia ini kelak dia akan menjadi lapar dan telanjang di hari kiamat! Dan betapa banyak lagi orang yang memuliakan dirinya di sini, kelak dia akan dihinakan di akhirat. Dan betapa banyak orang yang menghinakan dirinya di sini, kelak dia akan dimuliakan di akhirat.'


Bukhari dan Ibnu Abid Dunia meriwayatkan dari Aisyah ra. dia berkata: Bala yang pertama-tama sekali berlaku kepada ummat ini sesudah kepergian Nabi SAW ialah kekenyangan perut! Sebab apabila sesuatu kaum kenyang perutnya, gemuk badannya, lalu akan lemahlah hatinya dan akan merajalelalah syahwatnya!
(At-Targhib Wat-Tarhib 3:420).

Sunday, August 8, 2010

Ihya Ramadan: Ramadan bulan menilai keimanan

RAMADAN adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh orang soleh. Bulan yang disebut oleh Rasulullah sebagai ‘bulan umatku’, satu-satunya umat yang dikurniakan dengan bulan mulia dalam sejarah kewujudan manusia.


Kaum nabi terdahulu tidak pernah dikurnia Allah dengan mana-mana bulan mulia. Bukan saja Ramadan itu, mengandungi seribu rahmat, malah menunggu-nunggu datangnya pun adalah rahmat Ilahi. Ini seperti sabda Rasulullah, maksudnya: “Sesiapa yang bergembira dengan datangnya Ramadan, Allah akan mengharamkan jasadnya daripada api neraka.” (Hadis riwayat Ibn Majah).

Sebagai mana pintu syurga dibuka pada Ramadan, pintu keberkatan, kebaikan, pintu kasih-sayang, kemaafan, hidayah dan petunjuk juga terbuka.

Pintu neraka tertutup rapat, sebagaimana jalan ke neraka juga tersekat. Jalan ke syurga terbentang luas, hingga Rasulullah sendiri menjelaskan dalam sabdanya: “Tidur orang yang berpuasa pada bulan puasa adalah ibadat, diamnya adalah tasbih, manakala ibadatnya dilipatgandakan pahalanya oleh Allah.”

Ramadan adalah bulan kerehatan dan kelapangan daripada segala hiruk pikuk dan kesibukan dunia. Bulan kita berhenti sebentar daripada keserabutan kejar-mengejar di pentas dunia, untuk melihat ke dalam diri sendiri terhadap cebis iman yang masih tinggal serta dosa pahala yang pernah diperbuat selama setahun.

Justeru, kita dianjurkan agar meningkatkan keimanan.

Keempat-empat komponen kewujudan manusia hendaklah diperkukuhkan dengan neraca iman. Tubuh badan bertambah taat, roh makin bercahaya, akal penuh bijaksana dan nafsu bak air tasik tenang tidak berkocak.

Berhenti sebentar berfikir dengan rasional status perhubungan kita dengan Allah selama ini, ketaatan kepada Rasulullah serta apa yang dibuat untuk agama, bangsa, negara, ibu bapa, keluarga, jiran tetangga dan diri sendiri?

Rasulullah bersabda: “Sesiapa saja yang berpuasa pada Ramadan dengan penuh iman dan menghisab diri sendiri akan diampunkan dosanya yang lalu.” (Hadis riwayat Imam Muslim).

Bagi mereka yang mencari kebaikan Ramadan, pelbagai peluang diberikan. Malah, bagi mereka yang belum mampu mengerjakan haji, sama ada kerana masalah kewangan, kekurangan ilmu atau belum dapat kuota mengerjakannya, dia boleh saja sekurang-kurang mengerjakan umrah pada Ramadan.

Seperti kisah yang diceritakan Ibnu Abbas bahawa Rasulullah pernah bertanya kepada seorang wanita dari kaum Ansar, baginda bersabda: “Apakah yang menghalang kamu daripada mengerjakan ibadat haji bersamaku?

“Wanita itu menjawab: Sebenarnya tidak ada halangan bagi kami, cuma kami hanya mempunyai dua unta. Suami dan anakku sudah pergi mengerjakan haji dengan seekor unta. Tinggallah kepada kami seekor unta untuk mengangkat air.

“Rasulullah bersabda: Apabila tiba Ramadan pergilah mengerjakan umrah kerana mengerjakan umrah pada bulan itu pahalanya sama dengan pahala mengerjakan haji.” (Hadis riwayat Imam Muslim).

Begitu juga pada malam Ramadan, peluang terbuka luas untuk menghidupkan malamnya dengan mendirikan solat Tarawih, Saidina Abu Hurairah ada menjelaskan bahawa Rasulullah bersabda: “Sesiapa yang mendirikan sembahyang malam pada Ramadan kerana keimanan (kepada Allah) dan mengharapkan keredaan Allah semata-mata, maka diampunkan segala dosanya yang lalu.” (Hadis riwayat Imam Muslim).

Namun ada juga orang yang terlampau-lampau dalam mengaut pahala Ramadan hingga mengganggu orang lain. Golongan itu memerangkap atau memaksa orang lain turut dalam apa yang hendak diperbuatnya, tanpa memikir bahawa setiap orang ada hak masing-masing yang haram diganggu.

Contohnya, ada jawatankuasa surau atau masjid yang menghentikan solat pada pertengahannya dengan memberi laluan kepada tazkirah, kononnya supaya orang mendapat ilmu. Tetapi, sebenarnya adalah paksaan yang mengandungi agenda tidak baik yang tersirat dalamnya. Buatlah tazkirah selepas selesai solat atau pada waktu lain. Mengapa perlu pada pertengahan Tarawih?

Jika ia baik, tentu cara yang sama dilakukan oleh Rasulullah, setidak-tidaknya pada zaman sahabat atau oleh ulama muktabar.

Ramadan walaupun bulan kerehatan, ia bukanlah bulan untuk bermalas-malasan, menjadikan orang Islam tidak produktif atau menjadikan alasan berpuasa untuk tidak membereskan sebarang pekerjaan.

Sepatutnya pada Ramadan, umat Islam bertambah cergas, kuat kerja, aktif dan lebih kuat semangat. Ini kerana setiap tanggungjawab yang dibereskan pasti mendapat ganjaran berlipat ganda.

Ramadan juga adalah bulan kemurahan, murah hati dengan mengeluarkan zakat dan sedekah. Namun, Ramadan bukan bulan pembaziran dan menambah daya nafsu serakah. Bulan ini kita berkongsi kebaikan, pahala dan keberkatannya. Jangan sampai dikatakan orang ‘awak sajakah yang hendak buat pahala’? Ini pernah berlaku seorang yang mengaji al-Quran dengan pembesar suara masjid dihidupkan, sampai dinihari masih belum berhenti. Jiran tidak boleh tidur, sedangkan esok semua orang hendak bekerja, yang tidur siang dia seorang. – dandarawishams@yahoo.com.

Hadis: Lima perkara dijanjikan Allah

RASULULLAH bersabda, maksudnya: “Umatku diberi oleh Allah pada Ramadan lima perkara yang tidak pernah diberi kepada umat sebelumnya

· Iaitu bau mulut orang yang berpuasa adalah lebih baik atau lebih harum daripada bau kasturi.

· Malaikat sentiasa memohon keampunan bagi mereka yang berpuasa hingga berbuka.

· Penjahat syaitan dibelenggu sehingga mereka tidak berkuasa sebagaimana pada hari selainnya.

· Allah menghiasi syurga setiap hari dan berfirman: “Hampir hambaKu” yang soleh bebas daripada keberatan dan gangguan.”

· Allah mengampunkan bagi mereka pada akhir malam Ramadan kemudian sahabat bertanya: “Ya Rasulullah! Apakah itu adalah Lailatul Qadar? Jawab baginda, bukan! Tetapi seseorang buruh itu diberi upahnya apabila selepas pekerjaannya.”

Friday, August 6, 2010

PENGUMPULAN SOALAN PERCUBAAN PMR 2010

ASSALAMUALAIKUM...

Mohon bantuan rakan2 seperjuangan sekiranya sudi kita bersama membuat perkongsian pintar..
Jika ada kelapangan dan kesudian, apalah kiranya jika tuan puan serta adik2 pelajar dapat hantarkan soalan2 peperiksaan percubaan PMR 2010 dari negeri Tuan puan untuk kita berkongsi bersama.

SOALAN PMR 2010 (SEJARAH)
SEMUA NEGERI SELAIN PERAK.

Hantarkan ke alamat email saya : abgtimun@yahoo.com

Segala kerjasama tuan puan saya dahului dengan ucapan terima kasih..

BACKPACKER TRIP 2011 (Thailand)